DECEMBER 9, 2022
SportyABC.com

Ekonomi Global Tak Menentu, BI Proyeksikan Ekonomi Tumbuh 5,6 Persen

image
Gubernur BI Perry Warjiyo ketika berbicara di hadapan anggota Komisi XI DPR RI (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

SPORTYABC.COM – Di tengah ekonomi global yang tidak menetu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo proyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5,6 persen di tahun 2025. Selain itu, Perry Warjiyo juga optimis nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS di tahun 2025 akan berada di antara Rp 15,300 hingga Rp 15,700 per Dollar AS. Selain itu juga di perkirakan inflasi nasional pada tahun 2025 akan mencapai kisaran 1,5 hingga 3,5 persen. Hal ini disampaikan oleh Perry Warjiyo sebagaimana dikutip dari Antara pada Rabu 5 Juni 2024 dimana ekonomi global yang tidak menentu ini banyak dinamika dan tantangan berarti. “Kondisi ekonomi global yang serba tidak menentu, banyak dinamika dan tantangan-tantangan,” kata Perry, seperti dikutip dari Antara pada Rabu, 5 Juni 2024. Kondisi tersebut akan berdampak kepada ekonomi Indonesia tahun ini dan juga tahun ke depan. Oleh sebab itu, Bank Indonesia menekankan lima risiko utama. Hal tersebut disampaikan Perry dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI tentang pembahasan asumsi dasar dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (​​​​​​RAPBN) Tahun Anggaran 2025. Rapat tersebut juga dilakukan bersama dengan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan Rapat Dengar Pendapat dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Asumsi makro 2025 tersebut didasarkan dengan mempertimbangkan lima risiko utama yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional, nilai tukar rupiah dan inflasi dalam negeri. Lima risiko tersebut adalah pertumbuhan ekonomi global yang melambat, harga komoditas yang bergejolak, suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR) yang bertahan di level tinggi untuk waktu yang lama (higher for longer), dolar AS yang masih kuat, serta inflasi global yang turun sangat lambat. Sementara untuk 2024, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, nilai tukar rupiah berada di rentang Rp15.700 sampai dengan Rp16.100 per dolar AS, serta inflasi domestik berkisar 1,5 persen hingga 3,5 persen. Lebih lanjut, Perry menuturkan pertumbuhan ekonomi global tidak hanya stagnan namun juga melambat. Negara-negara mitra dagang utama Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. “Kondisi pertumbuhan ekonomi global ini tentu saja akan berpengaruh sumber-sumber pertumbuhan dari ekspor yang memerlukan suatu kerja keras supaya bisa menjadi pendukung pertumbuhan,” tuturnya. Di sisi lain, harga komoditas juga berdampak pada inflasi global yang menurun dengan sangat lambat. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada upaya dalam mengendalikan inflasi di dalam negeri baik berkaitan dengan harga minyak maupun juga harga pangan. Sementara BI memperkirakan FFR akan turun pada akhir 2024 sekitar 25 basis poin (bps), dan sekitar 52 bps pada semester pertama di tahun 2025. Dolar AS juga masih kuat sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang di seluruh dunia termasuk rupiah. Selain itu, risiko geopolitik global juga tinggi sehingga perlu menjaga arus modal untuk terus masuk ke dalam negeri dalam rangka menjaga stabilitas. “Ini tentu saja lima hal yang berpengaruh kepada tiga asumsi makro yang kami sampaikan yaitu pertumbuhan ekonomi, nilai tukar dan inflasi,” ujar Perry. Sumber BisnisABC.com ***

Berita Terkait