PBB Kutuk Serangan Udara Israel Terhadap Sekolah UNRWA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 07 Juni 2024 13:33 WIB
SPORTYABC.COM – Satu persatu negara mengecam serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan oleh Badan PBB untuk pengugsi Palestina atau UNRWA di Jalur Gaza yamg akibatkan sejumlah pengungsi tewas Perserikatan Bangsa Bangsa melalui Sekjen mereka Antonio Guterres mengutuk tindakan dari Israel terhadap tempat penampungan yang disedikan oleh PBB. Hal ini disampaikan ketika berbicara di hadapan para pewarta sebagaimana dilaprkan Anadolu yang dikutip dari Antara pada Jumat 7 Juni 2024. Juru bicara PBB stephane Dujarric katakan bahwa serangan Israel kembali jadi pengingat tragis dan mengerikan menyangkut harga yang harus dibayar oleh warga sipil di Gaza. “Tentu saja, dia (Guterres) mengutuknya,” kata Dujarric, ketika ditanya mengenai tanggapan Guterres mengenai serangan Israel. Dujarric menuturkan bahwa sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan itu berusaha memberikan layanan penting kepada warga sipil. Mengingat tidak ada layanan pendidikan yang disediakan di Gaza, Dujarric mengatakan 300.000 anak yang menerima pendidikan dari UNRWA tidak dapat mengakses pendidikan, sehingga sekolah diubah menjadi tempat penampungan. “Tidak ada tempat yang aman,” ucapnya. Mengenai klaim Israel bahwa anggota Hamas hadir di sekolah tersebut, Dujarric berkata bahwa setiap orang dapat mendengarkan apa yang dikatakan orang lain dan setiap orang juga dapat melaporkannya. “Anda dapat melaporkan apa yang saya katakan dan membuat analisis Anda sendiri. Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah sejumlah besar warga sipil terbunuh, sejumlah anak-anak juga terbunuh,” tuturnya. Menanggapi pertanyaan mengenai apakah Guterres memiliki batas dalam menanggapi krisis Gaza, Dujarric mengatakan Sekretaris Jenderal tidak punya "kebiasaan membuat garis batas" dan bahwa Guterres ingin konflik tersebut berakhir. Dujarric menekankan bahwa PBB telah berulang kali menyerukan gencatan senjata, akses kemanusiaan, dan pembebasan sandera. “Dalam konflik ini, seperti dalam banyak konflik lainnya, Sekretaris Jenderal bukanlah pihak yang bertanggung jawab,” katanya, menegaskan. Sumber Antara ***