DECEMBER 9, 2022
Kolom

Pergulatan Reinterpretasi: Ritual Pengurbanan Hewan pada Idul Adha

image
Sportyabc.com/kiriman

keselamatan manusia. 

Itulah sebabnya Yesus dijuluki “Anak Domba Allah.” Efeknya, Kekristenan tidak lagi mewajibkan pengorbanan binatang sebagai bentuk ketakwaan dan cinta kepada Allah. Pengorbanan ‘Sang Anak Domba Allah’ sekali dan untuk selama-lamanya. 

Sebagai gantinya, umat Kristen didorong untuk melayani dan mencintai sesama sebagai ekspresi syukur karena diselamatkan Allah.

Baik cerita reformasi Protestan maupun reinterpretasi kisah Abraham adalah contoh perlunya landasan teologis yang kokoh dalam upaya reinterpretasi ritual keagamaan. 

Nah, menurut saya, tugas dan tanggung jawab intelektual Islam untuk mencari landasan teologis yang kokoh bila hendak menggugat atau melakukan pembaruan dalam ritual apa pun, termasuk ritual pengorbanan hewan. 

Dalam konteks ini, tanpa berniat lancang memasuki ranah ke-Islam-an, saya sangat terkesan pada satu cerita dalam Hadis Nabi yang memiliki pesan sangat kuat untuk menyayangi hewan. Inilah ceritanya.
Cerita Anjing Kehausan

Cerita Nabi Muhammad tentang anjing yang kehausan memberikan pesan moral-teologis yang sangat dahsyat. 

Menurut hadis, Nabi bercerita tentang pelacur perempuan dari bani Israel yang mengadakan perjalanan yang jauh di tengah terik matahari yang menyengat. 

Dalam perjalanannya, pelacur perempuan itu melihat seekor anjing yang tengah menjulurkan lidahnya sambil mengitari sumur air di dekatnya. 

Usut punya usut, ternyata hewan yang dilihatnya itu sedang menderita kehausan. Hati pelacur perempuan bani Israel itu menjadi luluh. Dia merasa iba dan menaruh belas kasihan pada anjing itu. 

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait