Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar Sebut Generalisasi dan Stereotip Suatu Bangsa Tidak Selalu Cerminkan Individu
- Penulis : Rhesa Ivan
- Kamis, 29 Agustus 2024 10:29 WIB
SPORTYABC.COM – Setiap bangsa sering kali dikaitkan dengan ciri-ciri karakter tertentu, yang biasanya berkembang dari budaya, sejarah, lingkungan, nilai-nilai, dan tradisi yang mereka anut. Ciri-ciri ini adalah stereotip atau generalisasi. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi Wajah Manusia Indonesia Kini, Telaah Ulang Pemikiran Mochtar Lubis. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 29 Agustus 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Tema diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber pengamat kebangsaan Manuel Kaisiepo. Diskusi itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Milastri Muzakkar.
Satrio Arismunandar mengungkapkan, stereotip atau generalisasi karakter untuk tiap bangsa itu tidak selalu mencerminkan karakter setiap individu dalam bangsa tersebut.
“Namun, mereka dapat memberikan wawasan tentang bagaimana suatu kelompok masyarakat memahami dirinya dan bagaimana mereka mungkin dilihat oleh orang lain,” ujar Satrio.
Menurut Satrio Arismunandar, nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang dianut oleh suatu bangsa sangat mempengaruhi karakter kolektif mereka.
Misalnya, budaya Jepang sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti honor (kehormatan), respect (penghormatan), dan group harmony (keselarasan kelompok), yang mencerminkan pentingnya komunitas dan keharmonisan sosial dalam masyarakat Jepang.
“Contoh lain, bangsa Jerman sering diasosiasikan dengan disiplin, efisiensi, dan kerja keras, yang dipengaruhi oleh tradisi industri dan pendidikan mereka,” lanjut Satrio.
Ditambahkan oleh Satrio, sejarah suatu bangsa, termasuk perjuangan mereka, kolonialisasi, atau perang, dapat membentuk karakter nasional.
Baca Juga: Bersama Yeni Sahnaz, SATUPENA Akan Berdiskusi Bagaimana Belajar dari Anak Cerdas Istimewa
Bangsa-bangsa yang telah mengalami masa-masa sulit sering kali dianggap memiliki sifat ketangguhan atau kebanggaan nasional yang kuat.
“Contohnya, bangsa Amerika Serikat sering diasosiasikan dengan individualisme dan kebebasan, yang sebagian besar berasal dari sejarah kemerdekaan dan penekanan mereka pada hak-hak individu,” tutur Satrio.
Selain itu, lanjut Satrio, kondisi geografis dan lingkungan fisik suatu negara juga dapat mempengaruhi karakter nasional. Negara-negara dengan iklim keras atau kondisi alam yang sulit sering kali memiliki populasi yang dikenal dengan daya tahan dan ketahanan.
Baca Juga: Dalam Diskusi SATUPENA, Yeni Sahnaz Sebut Anak Cerdas Istimewa Jadi Korban Perundungan
“Contohnya adalah orang dari negara-negara Nordik seperti Swedia dan Norwegia sering dianggap pragmatis dan kuat, yang mungkin dipengaruhi oleh iklim dingin dan lingkungan yang menantang,” jelasnya.
“Meskipun ciri-ciri karakter nasional dapat memberikan wawasan tentang suatu bangsa, penting untuk tetap melihat orang sebagai individu dengan identitas dan kepribadian unik mereka sendiri,” Satrio menyimpulkan. ***