DECEMBER 9, 2022
Olahraga

Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar: AI Masih Sulit Pahami Konteks dan Emosi dalam Mengubah Puisi menjadi Lagu

image
Satrio Arismunandar (Kiriman)

SPORTYABC.COM – Aplikasi kecerdasan buatan (AI) mungkin masih sulit nemahami konteks yang mendalam dan ekspresi emosi, dalam mengubah puisi menjadi lagu. 

Sebagaimana dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.dalam diskusi bertema Ketika Kata dan Nada Berjumpa.

Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 11 Juli 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA. 

Baca Juga: 164 Wartawan Jadi Pelaku Judi Online, Pendiri AJI Prihatin

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Nia Samsihono, Ketua Satupena DKI Jakarta. Diskusi itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Swary Utami Dewi.

Satrio Arismunandar menuturkan, mengubah puisi menjadi lagu menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah proses yang kompleks dan melibatkan beberapa tantangan.

“Puisi sering kali memiliki makna yang mendalam dan kontekstual, yang bisa sulit untuk dipahami oleh AI. Memahami konteks budaya, sejarah, dan personal yang mendasari puisi merupakan tantangan besar,” ungkap Satrio.

Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia 2026: Stadion Siap, Inilah Jadwal Dua Laga Awal Timnas Indonesia di putaran Ketiga

“Selain itu, puisi sering mengandung nuansa emosional yang kompleks. AI mungkin kesulitan dalam menangkap dan mengekspresikan emosi yang tepat dalam melodi dan aransemen musik,” lanjutnya.

Ditambahkan Satrio, puisi dapat memiliki berbagai macam struktur dan ritme yang unik. Menyesuaikan melodi dan musik agar sesuai dengan struktur yang tidak standar bisa menjadi sulit bagi AI.

Menurut Satrio, mengubah puisi menjadi lagu melibatkan integrasi multimodal, yang terdiri dari pemrosesan multimodal dan koherensi antarmodal.

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ada Suara Tanpa Kata, Dengarlah

“Mengintegrasikan teks, suara, dan musik dalam satu kesatuan yang harmonis memerlukan kemampuan pemrosesan multimodal yang canggih,” ujarnya.

“Sedangkan, koherensi antarmodal berarti memastikan bahwa semua elemen --lirik, melodi, aransemen-- bekerja sama secara koheren dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan pengalaman musikal yang utuh,” tambah Satrio.

Satrio menjelaskan, setidaknya ada empat teknologi yang terlibat dalam mengubah puisi menjadi lagu.

Baca Juga: Piala Dunia 2026: Bukan Shin Tae yong, Hong Myung bo Pelatih Korea Selatan yang Baru

Pertama, Natural Language Processing (NLP), untuk memahami dan menganalisis teks puisi.

Kedua, Machine Learning, untuk mempelajari pola dari dataset musik dan puisi. Ketiga, Deep Learning, menggunakan model jaringan saraf dalam menghasilkan melodi dan suara vokal.

Kempat, Text-to-Speech (TTS) dan Speech Synthesis. Ini adalah teknologi yang memungkinkan AI untuk menyanyikan teks.

Baca Juga: Bursa Tansfer Bundesliga: Borussia Dortmund Datangkan Bek Timnas Jerman

“Dengan kemajuan teknologi AI, transformasi puisi menjadi lagu menjadi lebih mudah dan lebih kreatif, memungkinkan kolaborasi antara manusia dan mesin dalam menciptakan karya seni yang unik,” tegas Satrio.***

Sumber: SATUPENA

Berita Terkait