DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Negaraku Hilang, Kekasihku Sirna

image
Sportyabc.com/kiriman

Nama yang lama hilang.
Dalam hati ia bertanya,  
"Apakah aku kehilangan diriku juga?"

Musim semi tiba.  
Di toko kecil di Arbat Street,  
Asnavi membeli dua cincin kecil,  
penanda janji yang selalu ia bawa dalam pikirannya.  

Setiap malam, wajah Nirmala menghiasi langit-langit kamarnya,  
cinta yang tak terjangkau,  
harapan yang tertambat pada sepotong logam.

Namun, takdir menulis kisah lain.  
Angin sejarah berputar liar,  
tahun 1965,  
Bung Karno jatuh,  
Indonesia terguncang,  
dan mereka yang belajar di negeri jauh dipanggil pulang,  
bukan untuk membangun, tapi untuk dihukum.

Nama Asnawi masuk daftar hitam,  
pengkhianat, begitu mereka berkata.  

Jika pulang, penjara menanti,  
jika tak pulang, ia tanpa negara,  
tanpa tanah untuk berpijak,  
tanpa langit untuk menatap.

Hari-hari bergulir seperti salju yang tak pernah berhenti.  
Paspor hilang,  
negara lenyap,  
dan surat-surat dari Nirmala memudar.
Semua menjadi mimpi,
yang terhapus oleh fajar.

Asnavi pindah ke Praha,  
kota asing yang ia paksa menjadi tempat bertahan,  
namun di hatinya, cinta untuk Nirmala masih menyala,  
tertahan dalam celah harapan,  
seperti api kecil yang melawan angin.

Tahun 1998,  
angin reformasi menyapu tanah air.  
Soeharto jatuh,  
pintu pulang terbuka,  
dan di hati Asnavi,  
harapan terakhir bersinar kembali,  
mungkinkah janji yang tertinggal di masa lalu bisa ditebus?

Namun, kabar yang datang adalah hujan es.  
Menyakitkan,  
Nirmala sudah menikah.  
Ketika Asnavi sampai di Cianjur,  
rumah-rumah yang dulu dikenalnya kini asing,  
tak ada lagi burung riang yang terbang di atas kepala mereka,  
tak ada lagi kelopak bunga yang dulu berpelukan.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait