DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Puisi Esai Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah

image
Sportyabc.com/kiriman

Elit Belanda membacanya dengan dada terbakar.
“Apakah ini yang kita banggakan?”

Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Politik etis lahir dari pena itu.
Sekolah-sekolah berdiri,
para pribumi belajar huruf dan kata.
Dari huruf itu mereka merangkai suara,
dari suara itu mereka mencipta obor,
dari obor itu mereka menerangi jalan,
menuju kemerdekaan.

Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Seperti gunung menyembunyikan kawah,
seperti sungai menyembunyikan deras,
tulisan membuka yang terkubur.
Kisah yang tersimpan ratusan tahun,
akhirnya memecah batu-batu kesunyian.

Di ruangan ini, kita berkumpul.
Dari Aceh hingga Papua,
dari Asia Tenggara hingga Kairo.

Kita berbeda agama, bahasa, dan warna.
Tapi disatukan oleh satu nyala:
memberi kesaksian.

Menuliskan ketidakadilan
dalam puisi esai.
Menulis bunga yang dipanah dalam puisi esai.
Menulis anak rusa yang terluka
dalam puisi esai.

Karena kita belajar dari sejarah.
Suasana dapat berubah ketika ada yang menuliskannya.
Dunia bisa berbeda,
ketika ada yang memberi kesaksian.

Di ladang sepi, 
kita ajak bunga yang dipanah agar berbicara.
Di balik tirai kekuasaan, 
kita ajak sunyi agar berteriak.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait