Puisi Esai Denny JA: Annie, Warga Non-Kristen juga Merayakan Natal
- Penulis : Rhesa Ivan
- Rabu, 25 Desember 2024 08:50 WIB

Annie sempat merasa salah. Apakah ia menghianati Ayahnya, guru agama, yang melarang ucapan natal. Tapi Annie ingin terbang lebih tinggi.
Annie berdiri di ambang malam,
di satu sisi suara ayahnya seperti rantai,
di sisi lain, Natal adalah angin bebas,
membisikkan dunia tanpa batas.”
Annie berpikir,
“Agama adalah warisan budaya,
seperti kain batik yang dipakai semua,
bukan hanya milik pembuatnya.”
Ia merasa,
agama bukanlah pagar,
melainkan jembatan,
menghubungkan jiwa-jiwa yang mencari makna.
Malam itu, ia menikmati Natal,
meski ia tak percaya Yesus anak Tuhan,
meski ia tak mengenal salib di jalan hidupnya.
Natal baginya adalah hangatnya api unggun,
yang menyala di tengah dinginnya dunia.
Ia menikmati kebersamaan,
bukan karena iman,
tapi karena cinta adalah bahasa semua manusia.
Di langit malam, bintang-bintang berkerlip seperti doa tanpa suara.
Dan di dalam hati Annie,
ada cahaya kecil yang menyala.
Ia meyakini.
Natal bukanlah milik satu kaum,
bukan satu warna.
Natal adalah malam tenang yang melingkupi semua,
seperti pelukan langit pada bumi yang lelah.
Natal adalah hujan dari alam gaib.
Ia jatuh tanpa memandang siapa yang di bawahnya.
Ia membasuh dunia dengan belaian lembut,
mengajarakan manusia
bahwa cinta kasih milik semua.”***