Jeritan dan Harapan Anak-anak Pekerja Migran Ilegal Asal Indonesia, Espresi Melalui Puisi Esai
- Penulis : Rhesa Ivan
- Sabtu, 20 Juli 2024 13:33 WIB

Dengan tekad yang kuat, Tasha berangkat untuk mewujudkan cita-citanya dan berharap suatu hari bisa membawa orang tuanya kembali ke Indonesia. Puisi ini mengangkat tema perjuangan, harapan, dan cinta terhadap tanah air.
“Setelah lama bersusah payah,
terbayar juga usaha Tasha,
mendapat panggilan melanjutkan kuliah.
Beasiswa di Universitas Indonesia.
Tasha pun harus berangkat
memenuhi panggilan cita-citanya.
Suatu saat ia akan kembali,
membawa Ayah dan Ibu,
pulang dari negeri ini.
Ayah Ibu, doakan Tasha:
sehat, waras, bergas, cergas,
agar menjadi pemimpin yang bijaksana,
membantu orang-orang yang tertindas.”
Juga ini puisi esai berjudul: Kisah di Balik Repatriasi. Ini puisi ditulis oleh Panji Pratama – Guru SIKK. Tak hanya murid, tapi guru juga menuliskan ekspresi batinnya, kegelisahannya, melalui puisi esai.
Puisi esai ini menggambarkan kehidupan sulit keluarga pekerja migran Indonesia di Malaysia. Ekspresi hati ini terbagi menjadi tiga bagian:
Bagian pertama menceritakan kondisi hidup empat orang. Mereka satu keluarga yang tinggal di bedeng sempit dan tidak layak.
Sang ayah awalnya tertipu oleh calo yang menjanjikan gaji besar. Kenyataannya mereka hidup dalam kemiskinan dan sulit untuk pulang. Mereka sudah kehabisan uang dan dicap sebagai pekerja ilegal.
Bagian kedua soal nasib tragis sang ayah. Ia tewas diterkam buaya ketika berusaha pulang dengan uang hasil kerja.
Keluarga di kampung mendengar kabar duka ini. Sementara anak sulung, Rewo, baru saja mendapat kabar gembira. Ia lulus sekolah dan mendapatkan beasiswa repatriasi untuk melanjutkan pendidikan di Kalimantan Utara.
Bagian ketiga berkisah soal Rewo yang sudah dewasa, lulus SMA, dan bekerja. Ia mengajak ibu dan adiknya pulang ke Indonesia.
Puisi ini menyoroti dilema pekerja migran yang sering dianggap pahlawan devisa. Namun kenyataannya mereka menghadapi banyak kesulitan dan ketidakpastian nasib.