DECEMBER 9, 2022
Kolom

Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

image
Sportyabc.com/kiriman

Di era itu, saya tidur acapkali di pukul tiga atau empat subuh. Artificial Intelligence sangat membantu saya sebagai asisten membuat 71 lukisan itu.

Energi apakah yang membuat saya tahan, kuat, dan intens berhari-hari? Saya nomor duakan hal lain agar selesai mengekspresikan pandangan-pandangan Rumi dalam lukisan?

Ini ekspresi rasa terima kasih yang mendalam. Kutipan-kutipan Rumi, renungannya, dan pikirannya telah banyak mewarnai hidup saya, menjadi panduan dalam melihat dunia dan mengikhlaskan banyak hal dalam hidup.

Di samping itu, terasa pula keinginan saya mengajak dunia luar merasakan pengalaman batin yang sama.
Tapi, saya tidak ingin hanya menulis ulang kutipan Rumi. Ini sudah banyak dilakukan oleh pihak lain.

Saya ingin menerjemahkan renungan Rumi dalam bentuk lukisan. Maka Simsalabim, Abrakadabra. Jadilah 71 lukisan renungan Jalaluddin Rumi.

-000-

Saya mengenal pertama kali Jalaluddin Rumi di era mahasiswa di tahun 80-an. Itu era ketika saya berada dalam kegelisahan pencarian jati diri.

Saya sering merenung di era itu: apa yang sebenarnya ingin saya capai dalam hidup? Ke mana semua energi harus saya arahkan?

Ini mirip lagu "Song of Mahogany" dari Diana Ross: “Do you know where you’re going to? Do you like the things that life is showing you? Where are you going to? Do you know?”

Ingin sekali saya intens dan teguh di satu jalan. Yaitu spirit yang saya anggap sebagai jalan sejati atau panggilan hidup. Tapi itu jalan yang mana? Mengapa tak ada gambaran jelas soal jalan itu?
Kala itu saya banyak membaca Krishnamurti, satu tokoh India yang menolak dijadikan Nabi oleh pengikutnya.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait