DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Tika Bisono dalam Diskusi SATUPENA: Orang Usia Tua Masih Sangat Membutuhkan Keterlibatan, Interaksi dan Komunikasi

image
Psikolog Tika Bisono dalalm diskusi SATUPENA Kamis 8 Agustus 2024 malam WIB (Sportyabc.com/kiriman)

SPORTYABC.COM – Orang pada usia tua masih sangat membutuhkan keterlibatan (engagement), interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Orang usia tua perlu sering dihubungi atau dikunjungi. Hal itu diungkapkan psikolog dan praktisi parenting Tika Bisono.

Tika Bisono menjadi narasumber dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, Kamis malam, 8 Agustus 2024, yang bertema Menjalani Hari Tua: Hidup Sendiri atau Bersama Keluarga.

Diskusi yang menghadirkan Tika Bisono itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Milastri Muzakkar.

Baca Juga: Pesan Denny JA kepada Penyair Payakumbuh agar Tak Campuradukkan Puisi Esai dengan SATUPENA

Dalam diskusi itu, Tika Bisono –yang mendalami ilmu gerontologi-- mengungkapkan berbagai pengalamannya berhubungan dengan teman, kerabat, dan keluarga yang menjalani usia tua. Ada kasus di mana anak-anak atau keluarga sudah “terpisah” dari mereka.

Tentang fenomena yang diberitakan media, mengenai orang-orang di usia tua yang meninggal sendirian dalam keadaan kesepian, lulusan Fakultas Psikologi UI ini menyebut pentingnya engagement atau keterlibatan.

“Jika tidak ada engagement dari luar, itu betul-betul yang mematikan mereka. Mereka masih ada, tetapi seperti tidak hidup,” ujar Tika.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Siti Maemunah: Bicara tentang Krisis Lingkungan Tak Bisa Lepas dari Konsep Ekstraktivisme

“Untuk fenomena orang usia tua di atas, saya selalu teriak-teriak pada tujuh pendekar wilayah Rukun Tetangga (RT),” kata mantan penyanyi remaja ini.

Tika menuturkan, ada “tujuh pendekar” di setiap RT, yaitu: geng RT, geng RW, geng PKK, geng tokoh musola, geng majelis taklim, geng karang taruna, dan geng tokoh masyarakat. “Saya tidak teriak-teriak ke keluarga karena keluarga sudah hopeless, tak bisa diharapkan,” ucapnya.

“Tapi tujuh pendekar ini juga selalu terlambat. Ketika ada orang usia tua yang punya masalah, harusnya dari tujuh pendekar ini yang tahu lebih dulu. Apakah tujuh pendekar ini tidak pernah cek ricek semua kepala keluarga atau rumah yang ada di RT-nya?” tanya Tika.

Baca Juga: ORASI DENNY JA: Katakan dengan Lukisan

Menurut Tika, jika ada rumah yang tidak pernah terbuka pintunya, atau ada keluarga yang jika diundang tak pernah datang, dan sebagainya, maka “tujuh pendekar” ini seharusnya memeriksa.

Tentang kondisi mental orang usia tua yang layak, Tika mengutip pakar psikologi Erik Erikson tentang delapan tahap perkembangan manusia. Di tahap terakhir, usia 65 tahun ke atas, manusia mencapai tahap integritas dalam dirinya.

“Integritas itu dalam bentuknya adalah berhasil memenuhi komitmen dalam hubungan antara dirinya sendiri dengan orang lain. Jadi hubungan antarmanusianya sudah paripurna. Dia sendiri sudah bisa menerima diri bahwa dia sudah tua,” lanjut Tika.

Baca Juga: Sekjen SATUPENA Sebut dengan IP Licensing Company, Balai Pustaka Bisa Hidupkan Budaya Lama dan Cerita Rakyat

“Tetapi kalau umur baru 50-an, jangan bilang bahwa dirinya sudah bau tanah, siapin kain kafan, dan kerjanya ngaji saja. Masih jauh. Allah juga ingin kita masih menikmati hidup,” tuturnya. ***

Sumber: Kiriman SATUPENA

Berita Terkait