DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Manuel Kaisiepo dalam Diskusi SATUPENA: Jakob Oetama Tokoh yang Gigih Mendukung Pandangan Mochtar Lubis tentang Manusia

image
Manuel Kaiseipo dalam diskusi SATUPENA (Sportyabc.com/kiriman)

SPORTYABC.COM – Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, adalah salah satu tokoh yang gigih mendukung pandangan Mochtar Lubis tentang manusia Indonesia. Hal itu diungkapkan pengamat kebangsaan Manuel Kaisiepo.

Manuel Kaisiepo menjadi narasumber dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, Kamis malam, 29 Agustus 2024, yang bertema Wajah Manusia Indonesia Kini, Telaah Ulang Pemikiran Mochtar Lubis.

Diskusi yang menghadirkan Manuel Kaisiepo itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Milastri Muzakkar.

Baca Juga: ORASI DENNY JA: Sisi Ekonomi Gerakan Lingkungan Hidup dan Green Religions

Dalam diskusi itu, Manuel Kaisiepo mengangkat kembali polemik sengit yang pernah muncul di masyarakat Indonesia pada 1970-an.

Polemik ini terkait dengab pidato kebudayaan yang disampaikan wartawan, sastrawan dan budayawan Mochtar Lubis.  

Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, 6 April 1977, mengatakan, “Sifat manusia Indonesia itu adalah: munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, mudah percaya pada takhayul, artistik dalam arti banyak memakai naluri, dan lemah karakternya.”

Baca Juga: Peran SATUPENA di Bawah Kepemimpinan Denny JA Dalam Memperjuangkan Kepentingan Penulis di Era AI

Kehebohan pun muncul akibat pernyataan ini. Ada perdebatan di kalangan ilmuwan sosial. Sebagian besar memandang pernyataan Mochtar Lubis itu cuma generalisasi biasa atau stereotip yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang valid.

“Tetapi ada juga yang mendukung Mochtar. Yang gigih mendukung itu antara lain adalah Jakob Oetama, yang memberi kata pengantar pada buku Mochtar Lubis,” kata Manuel.

“Jakob Oetama berpendapat bahwa pandangan yang disampaikan Mochtar Lubis itu tidak sepenuhnya salah. Karena Mochtar Lubis adalah tipe wartawan yang selalu punya komitmen, sehingga dia tidak sekadar melakukan observasi,” lanjut Manuel.

Baca Juga: Denny JA Mengungkap Tiga Fakta Tercecer Sejarah Bangsa

“Ada subjektivitas, tetapi juga ada pertanggungjawaban dari apa yang disampaikan Mochtar Lubis.  Ada unsur kebenaran dalam pernyataan Mochtar Lubis. Kira-kira begitulah pendapat Jakob Oetama,” ujar Manuel.

Menurut Manuel, untuk memahami pemikiran seorang tokoh sekaliber Mochtar Lubis haruslah melihat konteks zaman saat dia hidup. Ketika Mochtar membuat pidato kebudayaan itu, waktu itu adalah satu dekade setelah Orde Baru berkuasa.

Mochtar Lubis adalah manusia multidimensi. “Selain wartawan senior, dia juga seniman yang bisa melukis dan memahat. Dia pernah dipenjara oleh dua rezim, yakni di zaman Soekarno dan Soeharto,” ungkap Manuel.

Baca Juga: SATUPENA Luncurkan Buku Kumpulan Karya 76 Penulis Tentang Pemilihan Presiden

Menurut Manuel, ciri-ciri manusia Indonesia seperti yang disampaikan Mochtar Lubis itu sebetulnya lebih ditujukan kepda kalangan elite ketimbang pada rakyat kebanyakan atau golongan bawah.

“Saya kira perdebatan dengan topik semacam ini tidak akan pernah berakhir. Polemik ini akan selalu berlanjut dan berkembang, tergantung dinamika yang berkembang dalam masyarakat,” tutur Manuel.

“Saya mengapresiasi SATUPENA yang mengangkat topik ini. Diskusi semacam ini harus selalu kita lakukan sebagai bagian penting dari refleksi kita sebagai bangsa. Apa sih sebenarnya kita ini?” ucap Manuel.***
 

Sumber: Kiriman SATUPENA

Berita Terkait