DECEMBER 9, 2022
Kolom

Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London

image
Sportyabc.com/kiriman

Ellie menatap tanah,
tak ada ceria di wajahnya,
hanya kelelahan seorang tua dalam tubuh anak.

Ellie, remaja usia 13 tahun, bercerita
tentang rumah penampungannya yang bocor,
tentang langit-langit kamarnya yang busuk,
tentang mimpi mengejar kehangatan
dan tak lagi minum teh basi di dapur kumuh.
Salman tertegun.

“Bagaimana mungkin?” pikirnya.
“London, kota para raja dan ratu,
tak bisa melindungi anak ini
dari gigitan musim dingin?”

Dan ternyata, oh ternyata,
ratusan ribu warga London tak punya rumah.

Angin mengiris pipinya,
tapi Salman tahu,
bukan ia yang menderita.

Di depan matanya, Ellie dan Jamie menggigil.
Mereka daun kering yang gemetar diterpa angin, yang akan menggugurkannya,
jatuh merana di tanah.

Sore itu, Salman ikut menggigil,
bukan karena angin dingin, tapi karena kisah Ellie:

tentang ibu mereka yang lelah mencari kerja,
tentang pemukiman sementara yang lembap dan sempit,
tentang Jamie yang batuk di kegelapan,
tentang mereka yang tinggalnya berpindah-pindah,
tentang sekolah yang sering terhenti.

“Banyak teman mainku tak punya rumah,”
kisah Ellie.
Di mata Ellie, Salman melihat negerinya sendiri:
seorang ibu di pelosok
yang menunggu puskesmas buka
sambil memeluk anak yang demam.
Sebuah keluarga di pinggiran Jakarta,
yang berbaring di tikar kardus
dengan langit sebagai atap.

“Ellie,” bisik Salman pada dirinya,
“Kamu adalah cermin retak peradaban ini,
memantulkan kemewahan tanpa jiwa.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait