DECEMBER 9, 2022
Kolom

Puisi Esai Denny JA: Sang Pemula, Serikat Dagang Islam

image
Sportyabc.com/kiriman

Dan pribumi?
Mereka tubuh lemah,
terkulai di tanahnya sendiri.

Ekonomi adalah perahu rapuh,
koyak di tengah badai penjajahan,
yang semakin mengamuk,
semakin kemaruk.

“Apa gunanya layar yang kokoh, jika angin politik kolonial
selalu menyeret kita ke palung lautan yang dalam?”

Anwar selalu di sana,
di samping Haji Samanhudi.

Di atas tanah yang terbelenggu,
bagi Anwar, nyala ini tak cukup mengusir kelam.

Kita butuh angin dari samudra,
gelombang besar yang membawa harapan,
dan mengguncang dasar takhta penjajah.

Samanhudi juga menyadari:
“Lidahku tak cukup panjang menjangkau hati rakyat yang terluka.
Aku hanyalah akar yang memeluk bumi, menahan beban nestapa.
Serikat Dagang Islam menjelma Serikat Islam.
Ia, pedagang, memilih mundur dari panggung.

Zaman memanggil orator,
yang mampu mengguncang gunung,
yang mampu membelah samudra dengan kata-kata. (2)

Ia, Haji Samanhudi, memilih langkah sunyi,
menyisihkan diri dari panggung.

Meski redup dari sorotan,
Haji Samanhudi adalah bara pertama.
Ia terus menyala dalam jiwa bangsa.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait