DECEMBER 9, 2022
Internasional

Inilah Para Calon Pengganti Paus Fransiskus, Ada dari Asia Tenggara

image
Salah satu kandidat penerus Paus Fransiskus yang akan menjadi catatan sejarah khususnya bangsa Asia Tenggara, Luis Antonio Tagle (philippines.licas.news/ Angie de Silva)

 

SPORTYABC.COM – Meninggalnya Paus Fransiskus pada Senin 21 April 2025 lalu mulai memunculkan pertanyaan mengenai siapa yang menjadi penerus pemimpin umat Katolik dunia selanjutnya

Sejumlah nama Kardinal pun mulai mencuat dan dianggap menjadi calon kuat penerus Paus Fransiskus.

Baca Juga: Seruan Paus Fransiskus untuk Hormati Gencatan Senjata

Beberapa nama Kardinal muncul akan akan menorehkan tinta sejarah jika terpilih menggantikan Paus Fransiskus karena berasal dari Kawasan Asia hingga Afrika.

Inilah beberapa nama Kardinal yang digadang gadang akan menjadi penerus Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Katolik dan Vatikan.

Luis Antonio Tangle

Baca Juga: Kondisi Paus Fransiskus Membaik, Tak Perlu Pakai Masker Oksigen

Salah satu kandidat unggulan dalam bursa pemilihan penerus Paus Fransiskus saat ini, pria asal Filipina ini berpotensi menjadi Paus Asia Pertama dalam sejarah gereja Katolik dan Vatikan.

Kardinal kelahiran 21 Juni 1957 ini cukup populer di kalangan kaum progresif dalam Gereja Katolik, bahkan dirinya mendapat julukan Fransiskus dari Asia karena pembawaannya yang hangat dan pandangan progresif seperti mendiang Paus Fransiskus yang dianggap reformis gereja.

Kardinal Tagle juga dikenal dengan kesederhanaannya seperti mendiang Paus Fransiskus, dimana diketahui dirinya tinggal di seminari di Filipina selama 20 tahun dan menempati kamar tanpa pendingin ruangan dan televisi.

Baca Juga: Sampaikan Pesan Paskah, Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Bahkan usai diangkat menjadi uskup, dirinya menolak menggunakan mobil dinas dan memilih naik bus atau Jeepney untuk bekerja,

Terkait Kardinal Tagle, Edward Pentin, pakar Vatikan dan penulis buku The Next Pope: The Leading Cardinal Candidates menuturkan Kardinal Tagle adalah salah satu favorit Paus Fransiskus untuk menggantikannya.

"Kardinal Tagle menjabat sebagai kepala dikasteri baru yang sangat penting untuk evangelisasi gereja. Ia kandidat yang cukup kuat. Dan usianya masih tergolong muda," ucap Pentin seperti dikutip The Telegraph.

Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal di Usia 88 Tahun

Namun usianya juga menjadi penghalang terpilih menjadi penerus Paus Fransiskus, karena para kardinal cenderung berhati hati memilih Paus yang masih relatif muda karena masa kepemimpinannya bisa berlangsung puluhan tahun.

Pemilihan Paus yang usia muda dianggap bisa menghambat peluang para kardinal lain untuk terpilih menjadi Paus.

Selanjutnya ada Peter Turkson yang juga penasehat kunci Paus Fransiskus dalam isu isu perubahan iklim dan keadilan sosial.

Baca Juga: Paus Fransiskus Berwasiat Minta Dimakamkan di Luar Vatikan

Kardinal Peter Turkson dianggap menjadi calon kuat pemimpin umat Katolik yang baru menggantikan mendiang Paus Fransiskus.

Lahir di Ghana, Peter Turkson sama dengan Kardinal Tagle bisa mencatatkan sejarah sebagai Paus kulit hitam pertama jika terpilih.

Kardinal 76 tahun ini diangkat menjadi Uskup Agung Cape Coast oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992.
Sebelas tahun kemudian Peter Turkson diangkat menjadi kardinal pertama dalam sejarah negara Afrika Barat tersebut.

Baca Juga: Ucapan Duka Cita Para Pemimpin Dunia untuk Paus Fransiskus

Kariernya terus menanjak di bawah kepemimpinan penerus Yohanes Paulus II, yakni Paus Benediktus XVI.
Paus Benediktus XVI pun memanggil Peter Turkson ke Vatikan pada 2009 dan menjadikannya kepala Dewan

Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, lembaga ini mempromosikan keadilan sosial,  HAM dan perdamaian dunia.

Dalam jabatan tersebut, Peter Turkson menjadi salah satu penasehat terdekat Paus dalam isu isu seperti perubahan iklim dan menarik perhatian luas dengan kehadirannya di berbagai konferensi internasional, termasuk Forum Ekonomi Davos.

Pada tahun 2016, Paus Fransiskus menggabungkan departemen yang dipimpin Kardinal Peter Turkson dengan tiga kantor lainnya.

Sebagian pihak menganggap langkah penggabungan departemen ini memicu perebutan pengaruh antara Kardinal Turkson dengan kardinal lainnya.

Kardinal Turkson pun akhirnya mengundurkan diri dari jabatan tersebut pada 2021 dan kemudian ditunjuk untuk memimpin dua akademi kepausan bisa ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.

Pada tahun 2024, dalam wawancara dengan BBC, Peter Turkson mengaku berdoa agar tidak terpilih menjadi Paus.

Namun sebagian pengkritiknya menilai Peter Turkson sedang berkampanye untuk jabatan tertinggi di Gereja Katolik tersebut melihat intensitasnya tampil di media yang sangat sering.

Selanjutnya Peter Erdo dari Hongaria yang berasal dari kalangan konservatif.

Kardinal Peter Edo yang juga Uskup Agung Esztergom-Budapest ini sebagai calon kuat pengganti dari Paus Fransiskus.

Menurut Edward Pentin, Peter Erdo adalah kandidat kuat dari sayap konservatif Gereja, dirinya menilai banyak yang menyukai kardinal berusia 72 tahun tersebut karena ahli dalam hukum kanon dan sangat mahir soal hukum gereja.

"Banyak umat Katolik merasa bahwa Gereja perlu dikembalikan dari kondisi seperti 'tanpa hukum gerejawi' yang berkembang di masa kepemimpinan Paus Fransiskus. Erdo dianggap sebagai sosok yang aman dan bisa dipercaya," ujar Pentin.

Secara teologis, Peter Erdo berpandangan konservatif, dalam berbagai pidatonya di Eropa dirinya tekankan akar kekristenan di benua tersebut.

Walau begitu, dirinya juga dinailai pragmatis dan tidak pernah secara terbuka berselisih dengan Paus Fransiskus, berbeda dengan beberapa rohaniawan tradisional lainnya.

Dengan begitu, dirinya sempat menarik perhatian di Vatikan pada krisis migran 2015 lalu, ketika itu Peter Erdo memiliki pandangan yang berseberangan dengan seruan Paus Fransiskus agar gereja gereja menerima para pengungsi.

Peter Erdo menyatakan bahwa hal tersebut bisa dianggap sebagai bentuk perdagangan manusia pernyataan yang tampak sejalan dengan pandangan nasional Perdana Menteri Hungaria Victor Orban.

Selanjutnya ada Pietro Parolin dari Italia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Negara dan Perdana Menteri de facto Vatikan dianggap sebagai salah satu kandidiat terkuat pengganti Paus Fransiskus.

Namanya semakin dikenal selama perang Ukraina ketika Vatikan memposisikan diri sebagai pihak penengah netral yang dapat menjembatani dialog antara Kyiv dan Moskow untuk akhiri konflik.

Menurut Thonas Reese seorang imam Katolik asal Amerika Serikat dan penulis buku Inside the Vatican pernah mengatakan bahwa Parolin adalah diplomat yang sangat kompeten.

Pietro Parolin dianggap sebagai otak di balik diplomasi internasional Paus Fransiskus selama ini yang hampir tidak pernah melakukan kesalahan.

Namun reputasinya sendikit tercoreng akibat skandal property yang menyebabkan Vatikan merugi jutaaan euro dalam pemberian gedung bekas showroom Harrods di London, Inggris.

"Akan ada pertanyaan apakah ia tidak kompeten atau terlalu memberikan wewenang kepada bawahannya. Apa pun itu, ada sesuatu yang salah, dan ia adalah pemimpinnya. Proses persidangan masih berlangsung, dan ini bisa membayangi peluang kepausannya," ujar Pastor Reese.

Selain empat kandidat yang disebut di atas, sejumlah pihak juga menyebut ada beberapa nama kandidat yang tidak kalah cocok untuk menjadi penerus Paus Fransiskus.

Kardinal Jose Tolentino Calaca de Mendonca muncul sebagai kandidat kuat lainnya gantikan Paus Fransiskus yang berasal dari kaum progresif Gereja.

Kardinal asal Pulau Madeira, Portugal ini ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai kepala Departemen untuk budaya dan pendidikan.

Dari Italia, muncul nama Kardinal Matteo Zuppi yang merupakan Uskup Agung Bologna, sebagai calon kuat penerus Paus Fransiskus juga diangkap sebagai sosok progresif dan dekat dengan Paus Fransiskus.

Masih dari kawasan Eropa, Kardinal Mario Grech dari Malta yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode para Uskup juga dianggap memiliki peluang cukup baik untuk menduduki posisi tertinggi di Gereja Katolik ini.

Grech juga dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, namun memiliki pandangan konservatif menjadikan kandidat kompromi yang dapat diterima oleh lintas kalangan.

Dari benua Afrika terdapat Kardinal Robert Sarah asal Guinea yang juga turut digadang gadang menjadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus.

Kardinal Robert Sarah dikenal karena kritikannya terhadap ideologi gender dan penolaknnya terhadap radikalisme Islam ***
 

Halaman:

Berita Terkait