Hakikat dan Tujuan Maulid Nabi Muhammad SAW Menurut Buya Yahya
- Penulis : Rhesa Ivan
- Jumat, 13 September 2024 21:36 WIB
SPORTYABC.COM – Kesalahpahaman terhadap praktik budaya dapat menyebabkan generalisasi menyeluruh tentang seluruh komunitas berdasarkan tindakan segelintir individu.
Perlunya pendekatan cerdas ketika mengevaluasi bagaimana berbagai kelompok merayakan peristiwa penting, seperti Maulid Nabi.
Hal tersebut, menyoroti bahwa tidak semua perilaku yang terkait dengan kelompok etnis tertentu, seperti orang Madura atau Jawa, harus dianggap mewakili kelompok tersebut secara keseluruhan.
Baca Juga: Inilah Dua Amalan di Bulan Maulid Menurut Ustadz Abdul Somad
Pentingnya mengenali hakikat merayakan Maulid Nabi sekaligus memperingatkan terhadap kesalahpahaman.
Pembedaan tersebut penting, karena membantu memperjelas bahwa perayaan Maulid Nabi harus berakar pada pemahaman dan niat yang tulus, bukan sekadar mengikuti praktik eksternal.
Pembahasan terfokus pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dengan penekanan pada pembedaan antara amalan yang pantas dan tidak pantas terkait dengan peristiwa tersebut.
Baca Juga: Berziarah ke Borobudur, Denny JA Terhubung ke Masa Silam
Hal tersebut menyoroti dua poin utama: kelompok merayakan dengan cara yang salah, dan kelompok, meskipun mempunyai niat baik, dapat berpartisipasi dengan cara yang salah.
Hakikat perayaan harus dihormati dan generasi muda diajak untuk menyadari makna sebenarnya.
Merayakan Maulid Nabi merupakan suatu hal yang bernuansa yang membutuhkan kepatuhan terhadap ajaran beliau agar tidak terjadi salah tafsir. Beberapa kelompok, seperti Fatimisme, mungkin mengadakan perayaan rumit yang menyimpang dari yang sudah ada, sehingga menimbulkan tuduhan sesat.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mencari Dua Karakter Paus Fransiskus
Namun, sangat penting untuk membedakan antara perayaan itu sendiri dan cara pelaksanaannya. Praktik sesat yang dilakukan masyarakat tertentu tidak boleh mendiskreditkan keabsahan perayaan Maulid Nabi.
Sebaliknya, penekanannya harus pada pengembangan kekaguman dan rasa hormat terhadap Nabi melalui metode yang tepat dan rasa hormat sesuai dengan izin Ilahi.
Menyadari beragam ekspresi budaya di sekitar perayaan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman yang lebih dalam, lebih dari sekedar penilaian sederhana mengenai benar dan salah dan sebaliknya mendorong refleksi mendalam tentang hakikat perayaan.
Baca Juga: Inilah Sejarah Awal Mula Munculnya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Pertemuan yang didedikasikan untuk memperingati Maulid Nabi berfungsi sebagai kesempatan untuk berbagi pesan mendalam tentang etika dan keteladanan beliau.
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membina hubungan lebih dekat dengan Nabi, sehingga meningkatkan keberkahan yang terkait dengan perayaan mulia ini.
Pendekatan yang dilakukan dalam perayaan maulid digambarkan indah dan tepat, dengan menekankan bahwa penghormatan terhadap Nabi tidak boleh dibatasi hanya satu kali saja dalam setahun.
Baca Juga: Inilah Maulid Nabi Menurut 4 Mazhab
Hakikat keagungan Nabi terletak pada menampilkan akhlak mulia, mendorong manusia untuk senantiasa menghormati dan mengagungkan beliau.
Perayaan Maulid Nabi memberikan kesempatan untuk refleksi pribadi dan komunal, mengedepankan persatuan dan pengertian daripada perpecahan atau kebencian di antara beragam komunitas.
Hakikat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan penekanan pada tanggal tertentu masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Baca Juga: Hukum Merayakan Maulid Nabi Apakah Bidah ?
Mengakui Nabi sebagai utusan rahmat adalah hal yang terpenting, dan fokusnya harus pada merayakan keberadaannya daripada memperdebatkan tanggal pasti kelahirannya.
Hal tersebut, mendorong pendekatan penilaian yang bijaksana dan kritis, memperingatkan terhadap generalisasi berdasarkan etnis atau tindakan individu.
Mengakui kelahiran Nabi menginspirasi tindakan kebaikan dan ibadah, seperti puasa dan amal, yang mencerminkan praktik Nabi sendiri.
Perayaan Maulid Nabi harus sesuai dengan prinsip syariat, dengan menekankan pentingnya niat yang ikhlas.
Para ulama berpendapat bahwa jika seseorang merayakan tanpa mengikuti ajaran Nabi, hal tersebut mungkin mencerminkan keinginan untuk kemuliaan pribadi daripada kehormatan sejati.
Penting untuk mendasarkan perayaan pada sumber-sumber otentik dan mempromosikan pemahaman tentang budaya Islam sebagai cerminan kecerdasan umat beriman.
Menyadari pentingnya beramal shaleh, umat islam yang mengawali amalan positif di Hari Raya Maulid Nabi akan mendapat pahala, sehingga membangun budaya yang berakar pada keimanan dan kreativitas.
Pada akhirnya, penekanannya adalah pada memastikan bahwa setiap perayaan menghormati Nabi dengan penuh hormat dan bermakna.***
Penulis :Tias Atika Suri