Satrio Arismunandar Didiskusi Kreator Era AI, Bagi Jurnalis, AI Hasilkan Informasi dengan Cepat Tetapi Tak Selalu Akurat
- Penulis : Rhesa Ivan
- Kamis, 21 November 2024 18:18 WIB
SPORTYABC.COM - Bagi jurnalis, AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan memang menghasilkan informasi secara cepat, tetapi tidak selalu akurat.
Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA dan jurnalis senior, Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi Pemanfaatan AI Dalam Dunia Jurnalistik. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 21 November 2024 itu diadakan oleh Kreator Era AI berkolaborasi dengan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi Pemanfaatan AI Dalam Dunia Jurnalistik yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber penulis dan jurnalis Khairul Jasmi. Diskusi itu akan dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Mila Muzakkar.
Baca Juga: Akhirnya, Pendudukan Israel di Palestina Dinyatakan Ilegal oleh ICJ
Satrio Arismunandar mengungkapkan, penggunaan AI dalam dunia jurnalistik memang membawa banyak peluang, tetapi juga menghadapi sejumlah tantangan signifikan.
Salah satu tantangan utama AI di dunia jurnalistik menyangkut kredibilitas dan keakuratan informasi.
“Algoritma yang salah pada AI atau data pelatihan yang bias dapat menghasilkan berita palsu atau misinformasi,” ujarnya.
“Dampaknya, kesalahan dalam berita yang dihasilkan AI dapat merusak reputasi media dan menurunkan kepercayaan publik,” kata Satrio Arismunandar.
Tantangan lain adalah ketergantungan pada data. Satrio mengungkapkan, AI membutuhkan data yang besar dan berkualitas untuk berfungsi secara efektif. Namun, data yang salah, tidak lengkap, atau bias dapat memengaruhi kualitas hasil AI.
“Akibatnya, jurnalisme berbasis AI mungkin memperkuat stereotip atau bias yang sudah ada, jika data yang digunakan tidak diverifikasi dengan baik,” lanjut Satrio
Tantangan lain menyangkut etika jurnalistik. Menurut Satrio Arismunandar, AI tidak memiliki kesadaran moral atau pemahaman tentang konteks sosial dan budaya dari suatu berita.
“Penggunaan AI untuk menghasilkan berita bisa menimbulkan pelanggaran etika, seperti privasi, eksploitasi gambar, atau penyajian informasi sensasional. Dapat terjadi konflik antara kecepatan produksi berita oleh AI dan tanggung jawab etis jurnalis manusia,” tegasnya.
Ditambahkan oleh Satrio, AI cenderung bekerja berdasarkan pola data dan tidak memahami konteks emosional, politik, atau budaya secara mendalam.
“Sebagai akibatnya, berita yang dihasilkan AI dapat kehilangan kedalaman atau memuat interpretasi yang tidak sesuai dengan situasi sebenarnya,” tegas Satrio Arismunandar.
Selain itu, ucap Satrio, AI cenderung menghasilkan konten berdasarkan pola yang ada, sehingga kurang mampu menciptakan gaya penulisan yang unik atau kreatif. Media yang terlalu mengandalkan AI berisiko kehilangan identitas dan karakter editorialnya.***