DECEMBER 9, 2022
Buku

Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

image
Sportyabc.com/kiriman

Namun siapa peduli?
Di belakang layar, mereka hitung uang.
Sementara Ahmad menghitung doa,
dan pecahan kaca di lantai masjidnya.

Ahmad berdiri di mimbar,
matahari kembali menyentuh kota itu.
“Semesta menguji kita,” katanya,
“dengan kebohongan ini, dengan luka ini.”

“Tapi kita takkan menyerah pada kebencian.
Cinta adalah senjata yang mereka tak mengerti.”
Suaranya gemetar,
namun di matanya, ada api yang takkan padam.

-000-

Di Southport, langit mulai biru,
tapi luka Ahmad tetap basah.
Ia berjalan ke taman,
melihat anak-anaknya bermain,
namun selalu ada bayangan:
ketakutan yang menggantung seperti awan abu-abu.

“Sebagai imigran,” katanya pelan,
“aku adalah tamu di rumah mereka,
namun aku tetap luka,
karena dunia lebih percaya pada dusta,
daripada senyumanku.”

Sebagai pendatang Muslim,”Ahmad berbisik,
“aku hanyalah daun yang terbawa angin,
berharap mendarat di tanah yang ramah.

Namun dunia lebih percaya pada bayang-bayang gelap,
daripada benih yang kugenggam.***

London, 8 Januari 2025

CATATAN

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait