Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian
- Penulis : Rhesa Ivan
- Selasa, 21 Januari 2025 12:12 WIB
Gaung sorak memeluknya seperti tanda kemenangan.
Tapi di balik riuh itu, ia terpuruk.
Masalah-masalah menyusup seperti bayang,
menariknya ke jurang,
tempat ia berdiri sendirian.”
Tirto melawan badai penjajahan,
tapi kakinya rapuh bergetar.
Kepada Siti, Tirto sering mencurahkan isi hati.
“Pikiranku melesat jauh melampaui ragaku yang letih,
melampaui keuangan yang serba kurang.”
Penyakit pelan- pelan memangsanya.
1918, ia wafat di usia 38 tahun,
lebih muda dari usia perjuangannya.
Di makamnya,
Siti berdoa.
Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Tirto.
Saat itu Tirto minta Siti melantunkan Tembang Jawa, Macapat,
dengan lirik kebijaksanaan hidup.
Siti melantunkannya,
kata bercampur air mata.
Keterasingan dan kesulitan adalah badai yang sangat kuat,
menerpanya,
memintanya menyerah kalah.