DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Kurban Idul Adha Tanpa Hewan: Sebuah Tafsir Baru

image
Budhy Munawar-Rachman

Pengorbanan hewan tidak lagi menjadi pusat cerita, melainkan nilai-nilai moral dan etika yang mendasari tindakan tersebut. Dengan fokus pada nilai-nilai ketakwaan ini, kita dapat menjalankan ritus agama dengan cara yang lebih relevan dan bermakna dalam konteks saat ini. 

Tafsir ini juga mengajak kita untuk menempatkan kebenaran dan pengabdian kepada Tuhan di atas segala-galanya, termasuk pengorbanan material. Tafsir ini mengajak kita untuk lebih bijaksana dan peduli terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya, sambil tetap menjaga nilai-nilai moral dan spiritual yang mendasari tradisi kurban itu sendiri.

Kesadaran ekologis dan hak-hak hewan adalah isu yang semakin mendesak di zaman modern ini. Pandangan Denny JA menyoroti pentingnya menyesuaikan praktik-praktik keagamaan dengan nilai-nilai ini, menawarkan alternatif yang tidak hanya lebih berkelanjutan tetapi juga lebih manusiawi sekaligus ekologis.

Selain itu, dengan memungkinkan bentuk kurban yang lebih bervariasi, seperti sedekah atau bantuan tunai, kita dapat lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Misalnya, dana kurban dapat digunakan untuk pendidikan, kesehatan, atau kebutuhan lainnya yang lebih mendesak, sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda.

Dengan pandangan progresif ini, menurut saya, Denny JA terus menegaskan dirinya sebagai pemikir agama di Indonesia yang pikiran-pikirannya jauh ke depan. 

Semoga dalam 10, paling lama 20 tahun mendatang pemikiran Denny ini bisa terwujud, tanpa harus menunggu krisis lingkungan menjadi lebih parah, kalau kita tidak melakukan apa-apa untuk perbaikan lingkungan.

Pikiran seperti yang dikatakan Denny ini, merupakan bagian dari evolusi agama yang akan mendukung sepenuhnya gerakan ekologi, yang akan mendukung sebuah dunia berkelanjutan.***

Tulisan dibuat sebagai respon atas esai Denny JA soal Kurban Hewan di Era Animal Right.

Penulis adalah Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy. Dosen Islamologi STF Driyarkara, seorang aktivis toleransi, dan pemikiran Islam progresif.

Halaman:
Sumber: kiriman

Berita Terkait