Inilah Alasan Hamas Sembuyikan Pengganti Yahya Sinwar
- Penulis : Rhesa Ivan
- Minggu, 27 Oktober 2024 08:40 WIB
SPORTYABC.COM – Seakan tidak ingin kehilangan pemimpin mereka untuk ketiga kalinya, kelompok militant Hamas akan merahasiakan nama pemimpin baru mereka.
Keputusan untuk menyembunyikan nama pemimpin baru pengganti Yahya Sinwar dikarenakan meningkatkan eskalasi keamanan yang beresiko terhadap petinggi Hamas.
Sebagaiaman dilansir dari BBC, dua pejabat Hamas mengatakan bahwa sebuah diskusi telah menghasilkan nama kandidat, salah satunya adalah Khalil al Hayya, wakil Yahya Sinwar dan pejabat paling senior di Hamas yang berada di luar Gaza.
Baca Juga: Nasir Tamara: Yang Terjadi di Gaza Bukan Perang, Tetapi Pembantaian Pada Warga Palestina
Khalil Al Hayya yang saat ini bermukim di Qatar tengah memimpin delegasi Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata antara kelompok mereka dengan Israel memiliki hubungan, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengentahui situasi yang terjadi di Gaza.
Hamas menyembunyikan identitas pemimpinan sama seperti yang meeka lakukan pada 2003 usai pembunuhan kepala Hamas kala itu Sheikh Ahmed Yassin oleh Israel dan pengganatinya Dr Abdel Aziz al Rantisi.
Hamas bermaksud memilih pemimpin baru mereka pada bulan Maret tahun depan namun sampai saat ini kelompok tersebut masih akan dijalankan oleh sebuah komite beranggotakan lima orang.
Baca Juga: Sumbang untuk Palestina, Eross Candra Lelang Gitar Pribadinya
Komite tersebut terdiri dari Khalil al Hayya, Khaled Meshaal, Zaher Jabarin, Muhammad Darwish, Kepala Dewan Syura dan satu orang kelima yang identitasnya dirahasiakan oleh Hamas.
Seorang pejabat mengindikasikan bahwa Khalis al Hayya telah memikul tanggung jawab atas sebagaian besar urusan politik dan luar negeri selain pengawasan langsungnya terhadap masalah yang berkaitan dengan Gaza secara efektif menjadi pejabat kepala Hamas.
Masih dari keterangan seorang pejabat yang mengatakan Hamas terkejut dengan cara Yahya Sinwar dibunuh pada minggu lalu karena pemahaman mereka bahwa Yahya Sinwar berada di lokasi yang jauh lebih aman ketika pembunuhannya.
Baca Juga: Indonesia Kecam Keras Resolusi Israel yang Tolak Pembentukan Negara Palestina
Tewasnya Yahya Sinwar terjadi selang tiga bulan usai terbunuhnya mantan pemimpin Ismail Haniyeh di Teheran, Iran.
Seorang pejabat senior di Hamas menggambarkan bahwa Yahya Sinwar adalah otak dari serangan 7 Oktober menekannya bahwa pengangkatannya dimaksudkan sebagai pesan untuk melawan dan berani terhadap Israel.
Sejak Juli, negosiasi gencatan senjata telah usai, dan banyak yang percaya bahwa kepemimpinan Yahya Sinwar merupakan hambatan siginfikan bagi kesepakatan gencatan senjata apa pun.
Baca Juga: Akhirnya, Pendudukan Israel di Palestina Dinyatakan Ilegal oleh ICJ
Walau Yahya Sinwar telah terbunuh, seorang pejabat senior di Hamas tegaskan kepada BBC bahwa persyaratan gerakan untuk menerima gencata senjata dan pembebasan sandera oleh Israel tidak berubah.
Hamas terus menutut penarikan militer Israel dari Gaza kemudian diakhiri permusuhan pengalihan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kembali wilayah yang dilanda perang tersebut.
Namun permintaan Hamas ini ditolak mentah mentah oleh pihak Israel yang ngotot kelompok Hamas harus menyerah kepada Israel.
Baca Juga: Militer Israel Bakar Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Namun ketika ditanya mengenai seruan PM Israel Benjamin Netanyahu agar Hamas menyerahkan senjatanya dan menyerah, pejabat senior Hamas tersebut menolak keras.
"Tidak mungkin bagi kami untuk menyerah. "Kami berjuang demi kebebasan rakyat kami, dan kami tidak akan menyerah. Kami akan berjuang sampai peluru terakhir dan prajurit terakhir, seperti yang dilakukan Sinwar," ungkap isi pernyataan tersebut.
Tewasnya Yahya Sinwar menjadi kerugian paling signifikan bagi Hamas dalam beberapa tahun terakhir. Terlepas dari tantangan untuk menggantikan Yahya Sinwar sebagai pemimpin kelompok ini, Hamas memiliki sejarah cukup panjang dan mendalam ketika berbicara kehilangan pemimpin sejak tahun 1990-an tersebut.
Baca Juga: Antonio Guterres Minta Israel Lindungi Warga Sipil di Gaza Utara
Walau pemimpin dan pendiri mereka dbunuh oleh militer Israel namun gerakan ini tetap tangguh dalam kapasitasnya untuk menemukan pemimpin baru untuk memimpin organisasi ini.
Di tengah krisis kepemimpinan masih ada pertanyaan nasib dari para sandera Israel yang di tahan di Gaza dan siapa yang bertanggung jawab akan keselamatan dan perlindungan mereka ditengah gempuran militer Israel.
Pada Senin 21 Oktober 2024, pejabat Hamas mengatakan kepada BBC bahwa Hamas masih memiliki kemampuan untuk menahan para sandera.
Sementara itu, kehadiran Mohammed Sinwar, saudara dari Yahya Sinewa sebagai tokoh penting saat ini. Dirinya diyakini memimpin kelompok bersenjata Hamas yang tersisa dan bisa meminkan peranan penting dalam membentuk masa depan gerakan di Jalur Gaza. ***