Inilah Sejarah Reog Ponorogo yang Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO
- Penulis : Rhesa Ivan
- Rabu, 04 Desember 2024 10:43 WIB

SPORTYABC.COM- Satu lagu budaya Indonesia menjadi warisan budaya Takbenda atau WBTb UNESCO..
Adalah kesenian tradisional asal Jawa Timur, Reog Ponorogo resmi menjadi warisan Budaya Takbenda UNESCO yang ke 14 dienkripsikan ke dalam daftar UNESCO.
Penetapan Reog Pomorogo tersebut diresmikan dalam Sidang ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang berlangsung di Paraguay, pada Selasa 3 Desember 2024.
Baca Juga: Siapkan Duit Kalian, The Script Konser di Jakarta – Surabaya, 14 dan 16 Februari 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan keputusan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO menjadi momentum penting bagi Indonesia.
"Masuknya Reog Ponorogo sebagai sebuah representasi kekayaan warisan budaya Indonesia, yang memadukan keberanian, solidaritas, dan keindahan tradisi lokal ke dalam daftar WBTb UNESCO merupakan kebanggaan sekaligus pengingat tanggung jawab kolektif kita untuk menjaga dan mewariskannya kepada generasi mendatang," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, pada Rabu 4 Desember 2024.
Fadli Zon juga turut menyoroti tantangan pelestarian seni tradisional di era modern.
Baca Juga: Siapkan Duit Kalian, Apple Resmi Luncurkan iPhone 16 Preorder Mulai 13 September 2024
Fadli Zon juga tegaskan pengakuan internasional atas kekayaan budaya Indonesia merupakan seruan untuk melestarikannya di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi.
"Reog Ponorogo jangan sampai punah, dan harus dihidupkan kembali ekosistemnya," kata Fadli Zon
Reog Ponorogo sendiri merupakan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Baca Juga: PON XXI Aceh-Sumut 2024: Kalahkan NTT, Jawa Timur Tatap Semifinal
Reog Ponorogo mencerminkan harmoni antara tari, musik, dan mitologi.
Seni ini menggambarkan keberanian, solidaritas, dan dedikasi yang telah menjadi identitas masyarakat Ponorogo selama berabad-abad.
Reog Ponorogo juga merupakan simbol dari gotong royong, yang tercermin dalam proses kreatifnya, mulai dari pembuatan topeng hingga kolaborasi antara seniman, perajin, dan komunitas lokal.
Baca Juga: 6 Lukisan AI Denny JA: Kembali ke Lingkungan Hidup
Menurut cerita rakyat, sebagaimana dilansir dari laman Kebudayaan Kemdikbud, kesenian ini diyakini telah ada sejak era Kerajaan Kediri pada sekitar abad ke-9 Masehi.
Kisahnya bermula di wilayah yang saat itu dikenal sebagai Wengker, tempat berdirinya Kerajaan Bantarangin.
Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Klana Sewandono, seorang raja muda yang terkenal adil dan bijaksana.
Baca Juga: Liga Italia: Gol Telat Lecce Buyarkan Kemenangan Juventus
Dirinya didampingi oleh seorang patih bernama Pujangga Anom, seorang tokoh yang dikenal cerdas dan sakti. Dalam pertunjukan Reog, Pujangga Anom dikenal dengan nama Bujangganong
Di suatu malam, Prabu Klana Sewandono bermimpi bertemu seorang putri bernama Putri Songgolangit dari Kerajaan Kediri.
Terpesona oleh kecantikannya, sang raja segera mengutus Patih Pujangga Anom untuk melamarnya. Putri Songgolangit bersedia menerima lamaran tersebut dengan satu syarat: Prabu Klana Sewandono harus menyajikan pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya.
Baca Juga: Copa Italia Frecciarossa : Pesta Gol atas Sassuolo, AC Milan Tatap 8 Besar
Patih Pujangga Anom pun menemukan ide yang sangat luar biasa dengan memanfaatkan Raja Singo Barong, makhluk berkepala harimau dengan burung merak bertengger di atasnya, yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Prabu Klana Sewandono.
Dipadu padankan dengan iringan musik tradisional, iring-iringan yang melibatkan Prabu Klana Sewandono dan Singo Barong inilah yang menjadi pertunjukan unik seperti yang diinginkan Putri Songgolangit. Kesenian ini pun kemudian dikenal sebagai Reog, sebagaimana yang kita kenal dan nikmati hingga kini ketika berkunjung ke Ponorogo ***