Masa Depan Puisi Esai dan Refleksi tentang Musik Jazz
- Penulis : Rhesa Ivan
- Jumat, 13 Desember 2024 15:05 WIB
Carnegie Hall adalah tempat yang hanya menerima pertunjukan musik yang diakui memiliki nilai seni tinggi.
Dari sini, jazz terus berkembang hingga tampil di festival internasional, menyebar dari New Orleans ke Eropa, seperti Prancis dan Belanda.
Tokoh-tokoh seperti Louis Armstrong dan Duke Ellington menjadi pelopor dalam membangun citra jazz sebagai seni tinggi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
Perubahan ini mengajarkan kita banyak hal. Bagaimana musik yang awalnya dicemooh sebagai “musik kaum rendahan” dapat diakui sebagai inovasi dan seni berkelas?
Dua Faktor yang Mengubah Citra Jazz
Ada dua hal yang membuat jazz mampu bertahan dan berkembang menjadi genre yang dihormati.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Pertama, komunitas yang aktif dan berkelanjutan, meskipun pada awalnya dihujat, komunitas jazz tetap hidup.
Mereka terus berkarya, menciptakan lagu-lagu baru, tampil di berbagai panggung, dan mengadakan festival-festival.
Komunitas yang aktif dan berkelanjutan ini menjadi kekuatan utama dalam menjaga eksistensi jazz, bahkan melampaui opini negatif dari para kritikus dan elit budaya saat itu.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan
Kedua, lahirnya Creative Minority. Dari komunitas jazz, muncul individu-individu brilian—creative minority—yang memberikan lompatan estetis.