DECEMBER 9, 2022
Internasional

Dalam Sebulan 36 Serangan Israel ke Gaza Hanya Bunuh Wanita dan Anak

image
Seorang anak perempuan tengah menunggu pengisian air minum di Jalur Gaza (UN.org/UNRWA)

 

SPORTYABC.COM – PBB kembali angkat suara mengenai situasi kemanusiaan yang semakin menjadi dan memburuk di Gaza.

Dalam waktu sebulan terakhir antara 18 Maret hingga 9 April, Kantor Komisari Tinggi HAM PBB telah mendokumentasikan 224 serangan udara yang dilakukan oleh Israel terhadap bangunan tempat tinggal dan tenda pengungsi di Gaza. 

Baca Juga: Akhirnya, Pendudukan Israel di Palestina Dinyatakan Ilegal oleh ICJ

Dari jumlah tersebut, 36 serangan yang diketahui secara pasti hanya tewaskan kaum perempuan dan anak anak Palestina.

"Dalam sekitar 36 serangan yang telah kami verifikasi, seluruh korban yang tercatat sejauh ini hanya perempuan dan anak-anak," ujar Juru bicara Komisioner Tinggi HAM PBB Ravina Shamdasani dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera,

Temuan ini muncul di tengah laporan Kementerian Kesehatan Palestina bahwa lebih dari 1.500 warga Palestina telah tewas sejak Israel putusakan gencatan senjata pada pertengahan Maret lalu.

Baca Juga: Indonesia Akan Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina hingga Vietnam

Serangan terus berlangsung, bahkan di saat Gaza menghadapi blockade total yang menghentikan pasokan sanitasi air, makanan, obat obatan dan bahan bakar.

Sementara itu Sekjen PBB, Antonio Guteres peringatkan keras bahwa Gaza saat ini telah menjadi ladang pembantaian dan warga sipil kini terperangkap dalam lingkaran kematian tanpa akhir.

"Sudah lebih dari sebulan, tidak setetes pun bantuan masuk ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat. Tidak ada pasokan komersial," ungkap Guterres kepada pewarta di markas PBB, New York, Amerika Serikat.

Baca Juga: Kemenangan Donald Trump Kabar Buruk Bagi Perjuangan Kemerdekaan Palestina

Kondisi tersebut semakin mengenaskan ini kembali terlihat pada Jumat 11 April 2025 pagi, setidaknya 15 warga Palestina dilaporkan tewas termasuk 10 anggota satu keluarga dalam pengeboman rumah di Khan Younis dimana tujuh diantaranya adalah anak anak.

Dan banyak lagi lainnya yang dilaporkan masih tertimbun reruntuhan bangunan tersebut,

Pewarta Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum di Deir el Balah melaporkan bahwa tim penyelamat sipil mendengar suara tangisan bayi dan anak anak yang meminta tolong dari balik puing puing kediaman mereka yang sudah luluh lantak rata dengan tanah

Baca Juga: Israel Bebaskan 737 Tahanan Palestina di Fase Pertama Gencatan Senjata

"Kami mendengar kesaksian mengerikan dari tim penyelamat. Saat berusaha menyelamatkan korban, mereka mendengar jeritan anak-anak, meminta bantuan, berharap ada yang datang menolong," ujarnya.

Ravina Shamdasani juga mengatakan bahwa situasi di Gaza saat ini lebih buruk dari sebelumnya dimana warga Palestina terus dipaksa berpindah ke wilayah yang semakin sempit di bawah tekanan serangan udara yang tidak pernah berhenti menghujani kawasan tersebut.

Bantuan kemanusiaan pun dblokir, sementara sejumlah pejabat Israel bahkan mensyaratkan pemberian bantuan dengan pembebasan sandera.

Baca Juga: Sejak 7 Oktober 2023, 46.913 Warga Gaza Tewas Akibat Agresi Israel

"Melihat dampak kumulatif dari tindakan militer Israel di Gaza, kami khawatir Israel tengah menciptakan kondisi hidup yang semakin tidak memungkinkan bagi keberlangsungan hidup warga Palestina sebagai sebuah kelompok di wilayah itu," tegas Shamdasani.

Situasi saat ini Israel belum mmeberikan tanda untuk menghentikan serangan, pemerintahnya bahkan telah menyusun rencana untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza Selatan dan mengeluarkan perintah evakuasi baru bagi warga lokasi tersebut.

Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestin (UNRWA) mencatat bahwa sejak gencatan senjata berakhir pada 18 Maret lalu sekitar 400.000 warga Palestina dipaksa mengungsi kembali oleh Israel.

Baca Juga: Indonesia Kecam Serangan Israel ke Gaza Saat Bulan Ramadan

"Mereka kini menghadapi blokade bantuan dan pasokan komersial terpanjang sejak perang dimulai," tulis UNRWA dalam unggahan di platform X, sembari mendesak akses kemanusiaan tanpa hambatan. ***
 

Halaman:

Berita Terkait