DECEMBER 9, 2022
Kolom

Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun

image
Sportyabc.com/kiriman

“Tembuslah kegelapan tanpa kekerasan.”
“Belajar menata pesan.
Jadikan ia benteng,
bagi mereka yang tertindas, terhimpit.”

“Rangkai strategi dari ketenangan,
bakar semangat tanpa memusnahkan diri.”

Semaun menyerap petuah guru.
Ia tanah kering menyambut hujan.

Di bawah naungan Tjokro,
Semaun tumbuh, menjadi api yang berkobar,
mencari langitnya sendiri,
terbang bebas.
-000-
Namun, waktu mengubah segala.
Mata Semaun tak lagi hanya melihat cahaya.

Ia menyaksikan luka,
penderitaan buruh,
keringat yang jatuh tanpa harga.

Ia membaca buku-buku dari tanah yang jauh.
Petuah dan kata Karl Marx,
Lenin,
Leon Trotsky,
mengalir menjadi bah lava,
menghancurkan bendungan kesadaran.

Di luar Sarekat Islam, ia melihat dunia yang keras,
terpesona oleh revolusi.

Perjuangan bukan doa,
tapi palu yang memecahkan rantai.

“Guru,” bisiknya, dengan suara yang bergetar,
“kita harus berubah,
saatnya Sarekat Islam menyusuri jalan revolusi,
meski kekerasan menjadi jalan.”

Tjokro terpana.
Ia pohon tua yang menahan badai,
merenung, tersentak,
dalam diam yang panjang.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait