Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun
- Penulis : Rhesa Ivan
- Kamis, 23 Januari 2025 18:18 WIB
Di matanya, terlihat bayangan masa lalu,
dan masa depan yang tak pasti.
Malam itu,
Semaun menatap mata Sang Guru,
bukan sebagai murid yang dulu,
tapi sebagai api yang kini membakar liar.
“Guru,” ujarnya, dengan nada yang tegas,
“dunia menuntut kita berlari,
mengejar matahari yang sama,
tapi dengan cara beda.”
-000-
Berulang kali, Semaun gagal meyakinkan Guru,
agar jalan mereka berubah,
tapi tetap satu.
Akhirnya, Semaun membuka pintu,
melangkah keluar, ke dalam malam yang sunyi.
“Selamat tinggal, Guru,” bisiknya dalam hati.
Ia anak yang meninggalkan rumah,
mengejar mimpi di cakrawala yang lebih luas.
Tjokro adalah pendopo tempat ia tumbuh,
belajar tentang kehidupan dan arti merdeka.
Namun, Semaun adalah burung yang harus terbang,
meninggalkan sarang yang hangat,
demi langit yang lebih memanggil.
Sejarah mencatat,
Sarekat Islam terbelah menjadi dua,
menjadi sungai yang bercabang,
mengalir ke lautan yang berbeda.