DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence

image
Sportyabc.com/kiriman

 

SPORTYABC.COM - Dua kutipan dari dua sufi ini mengajak kita menyelam di kedalaman samudra batin.
“Agamaku adalah cinta. Setiap hati manusia adalah rumah ibadahku.” Jalaluddin Rumi (1207–1273)

Kutipan ini melampaui batas agama dan budaya, menjadi  pondasi universal bagi kemanusiaan. Bagi Rumi, cinta bukan sekadar emosi, melainkan inti dari segala eksistensi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan

Ia adalah jalan menuju sumber cahaya yang menyinari kegelapan, dan jembatan yang menyatukan perbedaan.

Di era ini, ketika dunia semakin terhubung oleh teknologi, kutipan Rumi menjadi relevan lebih dari sebelumnya. Kita hidup dalam zaman yang penuh kontradiksi: teknologi mendekatkan manusia secara fisik, tetapi menjauhkan mereka secara emosional.

Di tengah hiruk-pikuk data dan algoritma, hati manusia menjadi sunyi, potensial kehilangan koneksi dengan esensi cinta yang sejati.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Quick Count Tak Bisa Putuskan Pilkada Jakarta 2024 Satu atau Dua Putaran

Ini kutipan kedua:

“Ya Tuhan, jika aku memuja-Mu karena inginkan surga, tutuplah pintu surga bagiku. Jika aku memuja-Mu karena takut neraka, cemplungkanlah aku ke dalam neraka. Tapi jika aku memuja-Mu karena cintaku pada-Mu, jangan Kau tolak cintaku.”
— Rabiah Adawiyah (717–801)

Rabiah Adawiyah mengajarkan cinta tanpa syarat, cinta yang murni dan melampaui kepentingan pribadi.

Baca Juga: Festival Puisi Esai Jakarta 2024 Kembali Hadir dengan Puluhan Tokoh Sastra Nasional dan Luar Negeri

Baginya, berorientasi pada keagungan adalah tujuan, bukan sarana untuk mendapatkan surga atau menghindari neraka. Cinta yang seperti ini adalah penyerahan total, sebuah jalan menuju kebebasan spiritual yang sejati.

Halaman:
Sumber: kiriman Denny JA

Berita Terkait